Ø Infeksi Toxoplasma
pada trimester pertama kehamilan dapat mengenai 17% janin dengan akibat
abortus, cacat bawaandan kematian janin dalam kandungan, risiko
gangguanperkembangan susunan saraf, serta retardasi mental.
Ø Infeksi saat kehamilan trimester berikutnya bisa menyebabkan hidrosefalus dan retinitis.
Ø Infeksi
rubella erat kaitannya dengan kejadian pertumbuhan bayi terhambat,
patent ductus Botalli, stenosis pulmonalis, katarak, retinopati,
mikrophthalmi, tuli dan retardasi mental.
Ø Infeksi cytomegalovirus dapat menimbulkan sindrom berat badan lahir rendah, kepala kecil, pengapuran intrakranial, khorioretinitis dan retardasi mental, hepatosplenomegali dan ikterus
Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui adanya infeksi ini pada ibu hamil. Diagnosis infeksi TORCH dapat dilakukan dengan
berbagai cara: pemeriksaan cairan amnion, menemukan kista diplasenta,
isolasi dan inokulasi, polymerase-chain reactionsampai kultur jaringan.
Cara yang lazim dan mudah adalah pemerikasaan serologis. Infeksi TORCH sering subklinis dan
diagnosisnya hanya dapat dilakukan secara serologis mengukur kadar
antibodi IgM dan IgG. Adanya IgM menyatakan bahwa infeksi masih baru
atau masih aktifsedangkan adanya IgG menyatakan bahwa ibu hamil sudah mempunyai kekebalan terhadap infeksi tersebut.
Sampai saat penelitian ini dibuat belum ada data prevalensi infeksi TORCH pada ibu-ibu hamil di Indonesia. pemeriksaan TORCH pada ibu hamil sampai saat ini belum dilakukan dan dianjurkan untuk secara rutin karena biayanya relatif mahal
TORCH adalah
istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi
yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil. kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah
berkembang antar lain ke arah pemeriksaan secara imunologis.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG)
TOXOPLASMA
Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii dan biasa menyerang binatang menyusui, burung, dan manusia. Pola transmisinya melalui transplasenta pada wanita hamil, mempunyai masa inkubasi 10-23 hari bila penularan melalui makanan (dagingyang dimasak kurang matang) dan 5-20 hari bila penularannya melalui kucing. Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan menyebabkan 20% janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin, sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke tiga 65% janin akan terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung selama kehamilan
Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii dan biasa menyerang binatang menyusui, burung, dan manusia. Pola transmisinya melalui transplasenta pada wanita hamil, mempunyai masa inkubasi 10-23 hari bila penularan melalui makanan (dagingyang dimasak kurang matang) dan 5-20 hari bila penularannya melalui kucing. Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan menyebabkan 20% janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin, sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke tiga 65% janin akan terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung selama kehamilan
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi . Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi . Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika
wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi
adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi
menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat
muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi
mental, kejang-kejang dan ensefalitis.
Diagnosis
Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya
tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh
karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah
Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan
tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma,
ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu
diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap
trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan cara: memasak daging sampai matang, menggunakan sarung tangan baik saat memberi makan maupun membersihkan kotoran kucing, dan menjaga agar tempat bermain anak tidak tercemar kotoran kucing
RUBELLA
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin
Ø Bila didapat saat kehamilan pertengahan pertama, makin awal (trimester pertama) ibu hamil terinfeksi rubela makin serius akibatnya pada bayi yaitu kematian janin intrauterin, abortus spontan, atau malformasi kongenital pada sebagian besar organ tubuh (kelainan bawaan): katarak, lesi jantung, hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningo-ensefalitis, khorioretinitis, hidrosefalus, miokarditis, dan lesi tulang. Sedangkan infeksi setelah masa itu
dapat menimbulkan gejala subklinik misalnya khorioretinitis
bertahun-tahun setelah bayi lahir (menurut America College of
Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Pencegahan antara lain dengan cara isolasi
penderita guna mencegah penularan, pemberian vaksin rubela, dan semua
kasus rubela harus dilaporkan ke institusi yang berwenang.
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi, infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti. Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka
infeksi primer ini akan menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi
janin bawaan sebagai berikut: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis
dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbagai tingkatan, dan
kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai
retardasi psikomotor maupun kehilangan pendengaran.
Pencegahan
dapat dilakukan antara lain dengan cara:bmenjaga kebersihan terutama
sesudah buang air besar, menghindari transfusi darah pada bayi dari ibu seronegatif dengan darah yang berasal dari donor seropositif, dan menghindari transplantasi organ tubuh dari donor seropositif ke resipien seronegatif.
Infeksi
CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan
virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV
dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu
penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya
bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
HERPES SIMPLEKS TIPE II
Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara imunologi. Masa inkubasi
antara 2 hingga 12 hari. Infeksi herpes superfisial biasanya mudah
dikenali misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata.
Pada bayi infeksi ini didapat secara perinatal akibat persalinan lama sehingga virus
ini mempunyai kesempatan naik melalui membran yang robek untuk
menginfeksi janin. Gejala pada bayi biasanya mulai timbul pada minggu
pertama kehidupan tetapi kadang-kadang baru pada minggu ke dua-tiga.
Manifestasi kliniknya: hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis, mikrosefali, dan miokarditis.
Pencegahan antara lain dengan cara: menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktifitas seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius.
Infeksi
herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes
Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten,
menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem
syaraf otonom. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II
biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini tidak selalu
muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang
baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus)
Pemeriksaan
laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV
II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada
saat kehamilan.
Infeksi
TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang
dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit
dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun
ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter
untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium
sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH agar dokter
dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
Salah satu cara untuk mengetahui, apakah seseorang mengidap Toksoplasma
adalah dengan melakukan tes laboratorium yang disebut TORCH. Yaitu
pemeriksaan melalui 4 jenis tes,
parasit Toxoplasma, virus Rubella,Cytomegalovirus (CMV),
dan virus Herpes. Masing-masing ada tes IgM dan IgG nya.
Dan cara untuk membaca hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Periksalah
serum untuk mencari ada tidaknya IgG spesifik untuk
parasit/virus TORCH. Bila hasilnya Negatif, berarti Anda tidak pernah
terinfeksi TORCH. Bila Positif, berarti pernah terinfeksi.
Note: [periksa Anti-Toxoplasma IgG, Anti-Rubella IgG, Anti-CMV IgG,
Anti-HSV2 IgG]. Tes IgG itu untuk meriksa apakah pada masa lalu si
pasien pernah kena infeksi.
2. Bila
IgG Positif, maka untuk menentukan kapan infeksi tersebut, Anda harus
melakukan pemeriksaan serum untuk mencari ada tidaknya IgM
parasit/virus TORCH. Tes IgM ini fungsinya untuk memeriksa apakah saat
ini si pasien terinfeksi TORCH.
3. Bila
IgG Positif dan IgM Negatif : Anda telah terinfeksi lebih dari setahun
yang lalu. Saat ini anda mungkin telah mengembangkan kekebalan terhadap
parasit itu. Anda tidak perlu khawatir untuk hamil.
4. Bila
IgG Positif dan IgM juga Positif: Anda tengah mengalami infeksi dalam 2
tahun terakhir, [mungkin pula ada false pada hasil IgM]. Anda harus
catat berapa angka IgM tersebut.
5. Selanjutnya Anda harus melakukan lagi pemeriksaan IgM [kalau perlu sekalian IgG] setelah 2 minggu dari pemeriksaan pertama.
6. Bila
IgM tetap Positif atau malah naik angkanya, berarti anda sedang
terinfeksi TORCH. Sebaiknya anda sembuhkan dulu infeksi ini baru
kemudian mulai hamil.
Yang harus Anda lakukan untuk pencegahannya adalah :
1. Lakukan
pemeriksaan terhadap binatang peliharaan Anda di rumah, seperti kucing,
burung, ikan, kelinci dan anjing untuk mengetahui apakah mereka
memiliki infeksi aktif atau tidak. Jika binatang peliharaan anda
ternyata memiliki infeksi aktif, titipkan mereka ke tempat pemeliharaan
atau pada teman sekurang kurangnya selama 6 minggu [yaitu dimana masa
infeksi dapat ditularkan]. Jika mereka bebas dari infeksi, biarkan
mereka seperti biasanya dengan tidak membiarkan mereka memakan makan
daging mentah, pergi keluar rumah, memburu tikus atau burung, atau
bermain dengan bintang lain.
2. Mintalah
seseorang untuk membersihkan kandang dan kotorannya. Bila anda harus
melakukannya sendiri, gunakan sarung tangan dan cuci tangan anda setelah
selesai. Kandang harus dibersihkan setiap hari karena Oosit yang
memindahkan penyakit akan sangat menular dengan berjalannya waktu.
3. Gunakan
sarung tangan jika anda berkebun. Jangan berkebun di tanah yang terkena
kotoran kucing, juga jangan biarkan anak bermain di pasir yang terkena
kotoran kucing.
4. Cuci buah dan sayur terutama yang ditanam sendiri dengan sabun pencuci piring, bilas sampai benar-benar bersih.
5. Jangan
makan daging mentah atau daging yg kurang matang atau susu yang tidak
di pasteurisasi. Bila anda ke restoran pesanlah daging yang matang
penuh.
6. Termometer
daging yang anda masak aau rebus. Minimal harus menunjukan 70º
C. [Kista ini di lingkungan dapat hidup sampai beberapa bulan, dan dia
tahan terhadap desinfektan, freezing, and drying. Tetapi dia akan mati
pada suhu 70 derajat C dalam 10 menit].
7. Jika Anda sedang hamil lakukan pemeriksaan rutin untuk menghindari dan mengatisipasi jika terkena Toksoplasma
Referensi:
- Benenson AS (ed). Control of Communicable Disease in Man. 14th ed. The American Public Health Association. Washington DC 20005. 1985.
- Berge TO. International Catalogue of Arboviruses including Certain Other Viruses of Vertebrates. 2nd ed. US Departement of Health, Education, and Welfare. Public Health Service.
- Center for Disease Control. Rubella vaccination during pregnancy- United States, 1971-1988.MMWR 38:289, 1989.
- Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Profil Kesehatan Indonesia 2000.
- Ditjen PPM-PLP. Buku Data Tahun 2000-2002. 2003.
- Editorial. TORCH syndrome and TORCH screening. Lancet 1990;.335:1559,
- Shulman ST, Phair JP, Sommers HM. Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi. Wahab AS (terj.). Sutaryo (ed.). Edisi keempat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 1992.
- Horsfall FL, Tamm, I. Viral and Rickettsial Infections of Man. 4th ed.Igaku Shoin Ltd, Japan.First printing (Asian ed.) 1966.Sumber : http://www.bidankita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=217:hamil-waspadai-torch&catid=41:nutrition&Itemid=53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar